Minggu, 21 Desember 2008
di
00.25
|
HOME ::
TENTANG SITUS ::
PESANTREN TINGGI ::
KEGIATAN AL-ISLAM ::
KONTAK KAMI ::
Sunday, 21 December 2008
Website ini adalah pindahan dari www.alislam.or.id
var adjust = 1;
PaparHijri();
23 Dzulhijjah 1429 H
Berita
Berita Islam
Tabligh News
Ensiklopedi Muslim
Aqidah
Etika
Ibadah
Muamalah
Larangan
Audio
Tabligh News
Kajian Hadits
Kajian Akidah
Kajian Fikih
Suplemen
Artikel
Fatwa
Kisah Islami
Ustadz Menjawab
Kajian Tematik
Apa Tanda Waliyullah Itu?
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin
Wednesday, 18 June 2008
Ada seseorang yang meminta pertongan kepada selain allah dan mengira bahwa dia waliyullah, apakah tanda waliyullah itu? Jawaban:Tanda-tanda kewaliyan dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya, "Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." (Yunus: 62-63). Tanda-tanda kewalian adalah beriman kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya. Barangsiapa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka dia adalah waliyullah. Sedangkan orang yang berbuat syirik, maka dia bukan waliyullah, melainkan musuh Allah seperti yang difirmankannya, "Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir." (Al-Baqarah: 98). Orang yang memohon kepada selain Allah atau memohon kepada sesuatu yang tidak kuasa mengabulkannya kecuali Allah, maka dia adalah musyrik, kafir dan bukan waliyullah walaupun dia mengaku demikian, bahkan anggapan bahwa dirinya wali tetapi dia tidak bertauhid, tidak beriman dan tidak bertakwa adalah anggapan yang dusta dan bertentangan dengan perwalian. Nasihat saya kepada saudara-saudara saya yang muslim dalam masalah ini hendaklah mereka tidak tertipu oleh orang-orang yang mengaku wali itu dan hendaklah mereka tetap kembali kepada kitabullah dan sunah nabi yang shahih, hingga harapan, tawakal, dan sandaran mereka hanya kepada Allah semata, sehingga mereka merasa aman, tenang, dan damai. Dengan begitu mereka bisa menyelematkan harta mereka dari perampokan orang-orang yang bertindak khurafat itu. Dengan merujuk kepada Al-Kitab dan sunah, mereka akan terhindar dari keterpedayaan oleh diri mereka sendiri. Kadang kita temukan, ada di antara manusia yang mengaku dirinya pemimpin atau wali. Jika Anda merenungkan atau memikirkan apa yang mereka lakukan, Anda dapati mereka jauh dari perwalian dan kepemimpinan. Wali yang sebenarnya tidak mungkin mengaku-aku bahwa dirinya wali, sebaliknya dia merasa enggan mendapatkan penghormatan, permuliaan dan sebagainya. Tetapi Anda dapati dia beriman, bertakwa, menyembunyikan identitas, tidak menampakkan diri, tidak suka ketenaran, tidak ingin didatangi manusia, atau dijadikan sandaran, baik karena takut atau berharap. Jika ada seseorang mengaku-aku sebagai wali hanya untuk mendapatkan kemuliaan dan kehormatan, menjadi tempat kembali dan tempat bergantung, maka sebenarnya, tindakan ini bertentangan dengan takwa dan perwalian. Maka dari itu dijelaskan dalam hadis dari Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam tentang oang yang menuntut ilmu agar disanjung oleh orang-orang bodoh dan didekati para ulama atau agar menjadi pusat perhatian manusia, maka dia akan mendapatkan ancaman begini dan begitu. Pertanyaan ini diperkuat dengan sabda beliau, "Atau untuk memalingkan wajah manusia kepadanya." (Ditakhrij oleh At-Tirmidzi, kitab Al-Ilm, bab "Ma Jaa Fiman Yathlub Bi'ilmihi Ad-Dunya." (2654). Orang-orang yang mengaku bahwa dirinya wali dan berusaha memalingkan wajah manusia kepadanya, mereka adalah sejauh-jauh orang dari perwalian. Nasihat saya kepada saudara-saudara saya yang muslim agar mereka tidak terpedaya oleh orang-orang semacam itu dan hendaklah mereka kembali kepada kitabullah dan sunah rasul-Nya, dan hendaklah mereka menggantungkan cita-cita dan harapan mereka kepada Allah semata.Sumber: Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Fatawa arkaanil Islam atau Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, terj. Munirul Abidin, M.Ag. (Darul Falah 1426 H.), hlm. 157 - 1590"><>
Selanjutnya >
[Kembali]
Fatwa Terbaru
Hukum Mengatakan "Wahai Jiwa Yang Tenang" Kepada Orang Meninggal
Bagaimana pendapat Anda tentang kalimat "Laa samhallah"
Hukum Menisbahkan Kata Al-Masihiyah kepada Orang-Orang Nasrani
Hukum Perkataan Dimakamkan di Persinggahan Terakhir
Copyright © 1998 - 2008
Islamic Center Al-Islam Bekasi - Pusat Kajian Islam
_uacct = "UA-2427685-3";
urchinTracker();
.jossearchword {
background-color: yellow;
}
#josHLControl {
width:27px;
height:23px;
position:absolute;
display:none;
z-index: 10000;
}
.josremove {
background-image: url('http://www.josxp.com/modules/mod_highlight/remove.gif');
}
.josrestore {
background-image: url('http://www.josxp.com/modules/mod_highlight/restore.gif');
}
var _josTimeOut = null;
var _josHi = true;
function josHiOnOff() {
var objJosDiv = document.getElementById('josHLControl');
jostyle = _josHi ? "josstylenull" : "jossearchword";
josSEHighlight(jostyle);
objJosDiv.className = _josHi ? "josrestore" : "josremove";
_josHi = !_josHi;
}
function highlightSE(txtNode,word, hiStyle) {
if (txtNode.className == '_exclude') {
return;
}
if (txtNode.hasChildNodes) {
var hi_cn;
for (hi_cn=0;hi_cn=0) ? 2 : 0 ) ;
}
function _josfindY(obj) {
var curtop=0;
if (obj.offsetParent) {
while (obj.offsetParent) {
curtop +=obj.offsetTop;
obj = obj.offsetParent;
}
}
else if (obj.y)
curtop += obj.y;
return curtop + document.getElementsByTagName("body")[0].offsetTop;
}
function _josgetHeight(obj) {
if(document.getElementById){
oHeight = obj.offsetHeight;
}
else if (document.layers){
oHeight = obj.clip.height;
}
return oHeight;
}
function jostryhide() {
var objJosDiv = document.getElementById('josHLControl');
objJosDiv.style.display = 'none';
}
function jossimplePreload()
{
var args = jossimplePreload.arguments;
document.imageArray = new Array(args.length);
for(var i=0; i
TENTANG SITUS ::
PESANTREN TINGGI ::
KEGIATAN AL-ISLAM ::
KONTAK KAMI ::
Sunday, 21 December 2008
Website ini adalah pindahan dari www.alislam.or.id
var adjust = 1;
PaparHijri();
23 Dzulhijjah 1429 H
Berita
Berita Islam
Tabligh News
Ensiklopedi Muslim
Aqidah
Etika
Ibadah
Muamalah
Larangan
Audio
Tabligh News
Kajian Hadits
Kajian Akidah
Kajian Fikih
Suplemen
Artikel
Fatwa
Kisah Islami
Ustadz Menjawab
Kajian Tematik
Apa Tanda Waliyullah Itu?
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin
Wednesday, 18 June 2008
Ada seseorang yang meminta pertongan kepada selain allah dan mengira bahwa dia waliyullah, apakah tanda waliyullah itu? Jawaban:Tanda-tanda kewaliyan dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya, "Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." (Yunus: 62-63). Tanda-tanda kewalian adalah beriman kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya. Barangsiapa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka dia adalah waliyullah. Sedangkan orang yang berbuat syirik, maka dia bukan waliyullah, melainkan musuh Allah seperti yang difirmankannya, "Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir." (Al-Baqarah: 98). Orang yang memohon kepada selain Allah atau memohon kepada sesuatu yang tidak kuasa mengabulkannya kecuali Allah, maka dia adalah musyrik, kafir dan bukan waliyullah walaupun dia mengaku demikian, bahkan anggapan bahwa dirinya wali tetapi dia tidak bertauhid, tidak beriman dan tidak bertakwa adalah anggapan yang dusta dan bertentangan dengan perwalian. Nasihat saya kepada saudara-saudara saya yang muslim dalam masalah ini hendaklah mereka tidak tertipu oleh orang-orang yang mengaku wali itu dan hendaklah mereka tetap kembali kepada kitabullah dan sunah nabi yang shahih, hingga harapan, tawakal, dan sandaran mereka hanya kepada Allah semata, sehingga mereka merasa aman, tenang, dan damai. Dengan begitu mereka bisa menyelematkan harta mereka dari perampokan orang-orang yang bertindak khurafat itu. Dengan merujuk kepada Al-Kitab dan sunah, mereka akan terhindar dari keterpedayaan oleh diri mereka sendiri. Kadang kita temukan, ada di antara manusia yang mengaku dirinya pemimpin atau wali. Jika Anda merenungkan atau memikirkan apa yang mereka lakukan, Anda dapati mereka jauh dari perwalian dan kepemimpinan. Wali yang sebenarnya tidak mungkin mengaku-aku bahwa dirinya wali, sebaliknya dia merasa enggan mendapatkan penghormatan, permuliaan dan sebagainya. Tetapi Anda dapati dia beriman, bertakwa, menyembunyikan identitas, tidak menampakkan diri, tidak suka ketenaran, tidak ingin didatangi manusia, atau dijadikan sandaran, baik karena takut atau berharap. Jika ada seseorang mengaku-aku sebagai wali hanya untuk mendapatkan kemuliaan dan kehormatan, menjadi tempat kembali dan tempat bergantung, maka sebenarnya, tindakan ini bertentangan dengan takwa dan perwalian. Maka dari itu dijelaskan dalam hadis dari Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam tentang oang yang menuntut ilmu agar disanjung oleh orang-orang bodoh dan didekati para ulama atau agar menjadi pusat perhatian manusia, maka dia akan mendapatkan ancaman begini dan begitu. Pertanyaan ini diperkuat dengan sabda beliau, "Atau untuk memalingkan wajah manusia kepadanya." (Ditakhrij oleh At-Tirmidzi, kitab Al-Ilm, bab "Ma Jaa Fiman Yathlub Bi'ilmihi Ad-Dunya." (2654). Orang-orang yang mengaku bahwa dirinya wali dan berusaha memalingkan wajah manusia kepadanya, mereka adalah sejauh-jauh orang dari perwalian. Nasihat saya kepada saudara-saudara saya yang muslim agar mereka tidak terpedaya oleh orang-orang semacam itu dan hendaklah mereka kembali kepada kitabullah dan sunah rasul-Nya, dan hendaklah mereka menggantungkan cita-cita dan harapan mereka kepada Allah semata.Sumber: Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Fatawa arkaanil Islam atau Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, terj. Munirul Abidin, M.Ag. (Darul Falah 1426 H.), hlm. 157 - 1590"><>
Selanjutnya >
[Kembali]
Fatwa Terbaru
Hukum Mengatakan "Wahai Jiwa Yang Tenang" Kepada Orang Meninggal
Bagaimana pendapat Anda tentang kalimat "Laa samhallah"
Hukum Menisbahkan Kata Al-Masihiyah kepada Orang-Orang Nasrani
Hukum Perkataan Dimakamkan di Persinggahan Terakhir
Copyright © 1998 - 2008
Islamic Center Al-Islam Bekasi - Pusat Kajian Islam
_uacct = "UA-2427685-3";
urchinTracker();
.jossearchword {
background-color: yellow;
}
#josHLControl {
width:27px;
height:23px;
position:absolute;
display:none;
z-index: 10000;
}
.josremove {
background-image: url('http://www.josxp.com/modules/mod_highlight/remove.gif');
}
.josrestore {
background-image: url('http://www.josxp.com/modules/mod_highlight/restore.gif');
}
var _josTimeOut = null;
var _josHi = true;
function josHiOnOff() {
var objJosDiv = document.getElementById('josHLControl');
jostyle = _josHi ? "josstylenull" : "jossearchword";
josSEHighlight(jostyle);
objJosDiv.className = _josHi ? "josrestore" : "josremove";
_josHi = !_josHi;
}
function highlightSE(txtNode,word, hiStyle) {
if (txtNode.className == '_exclude') {
return;
}
if (txtNode.hasChildNodes) {
var hi_cn;
for (hi_cn=0;hi_cn=0) ? 2 : 0 ) ;
}
function _josfindY(obj) {
var curtop=0;
if (obj.offsetParent) {
while (obj.offsetParent) {
curtop +=obj.offsetTop;
obj = obj.offsetParent;
}
}
else if (obj.y)
curtop += obj.y;
return curtop + document.getElementsByTagName("body")[0].offsetTop;
}
function _josgetHeight(obj) {
if(document.getElementById){
oHeight = obj.offsetHeight;
}
else if (document.layers){
oHeight = obj.clip.height;
}
return oHeight;
}
function jostryhide() {
var objJosDiv = document.getElementById('josHLControl');
objJosDiv.style.display = 'none';
}
function jossimplePreload()
{
var args = jossimplePreload.arguments;
document.imageArray = new Array(args.length);
for(var i=0; i
Diposting oleh
Fadholi thE DUNG DENG
0 komentar:
Posting Komentar